NASKAH
LAKON SENI TEATER MODERN
Naskah adalah karangan yang
berisi cerita atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat nama nama dan lakon
lakon dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh dan keadaan (set) panggung
yang diperlukan. Sebuah pementasan teater/drama pasti memiliki naskahnya
sendiri dengan cerita dan tema yang berbeda beda pula. Tanpa adanya naskah
drama, tidak akan mungkin sebuah pertunjukan teater atau drama dapat dimainkan.
A.
Pengertian
Drama
Kata drama berasal dari kata Yunani Kuno yang berarti ‘bertindak atau
berbuat’. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa drama adalah
‘komposisi syair atau prosa, cerita atau kisah, terutama yang melibatkan
konflik atau emosi yang menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku
(acting) atau dialog yang dipentaskan’.
Drama adalah salah satu jenis
lakon yang berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik rumit dan penuh
daya emosi yang sengaja disusun untuk pertunjukan teater.
Contoh lakon drama modern :
“titik titik hitam” karya Nasjah Djamin, “Domba domba revolusi” karya B.
Sularto, “Boneka Mainan”, “Tiang tiang Masyarakat”
B.
Ciri
ciri Naskah Drama
Sebuah drama harus mengandung
persoalan persoalan kehidupan yang akan menentukan bobot, nilai, dan makna dari
cerita drama tersebut. Berbagai
persoalan tersebut kemudian diramu oleh penulis dalam bentuk percakapan
percakapan yang nantinya akan diperankan oleh para aktor
Sebuah naskah drama umumnya
hanya berupa dialog atau percakapan percakapan.
Percakapan dalam naskah drama
disebut wawancang.
Jika ada bagian yang bukan
percakapan, bagian itu disebut kramagung atau stage director.
Wawancang merupakan bagian
terpenting dari naskah drama.
Dalam wawancang terkandung semua
perasaan.
Selain memahami naskah, actor
juga harus menciptakan intonasi yang tepat, mengucapkan diksi dan artikulasi
secara jelas. Dengan demikian, emosi atau perasaan yang terkandung dalam cerita
dapat tersampaikan dengan tepat.
C.
Elemen
Drama
1.
Isi
Drama
Drama merupakan sarana bagi
pembuatnya untuk menyampaikan pesan moral atau pandangannya terhadap berbagai
hal kepada penonton dan masyarakat.
Tema dijadikan ide sentral dalam
sebuah naskah drama. Tema merupakan sasaran, pesan, atau pandangan yang ingin
disampaikan oleh seorang penulis drama.
Tema dapat memiliki ide tunggal,
tetapi bisa juga lebih dari satu ide.
2.
Bentuk
Drama
a.
Penyajian
Drama Berdasarkan Jenis Bahasa
Bentuk penyajian dialog dalam
drama dapat dibedakan dari jenis bahasa yang digunakan yaitu, gaya atau susunan
kalimat yang dipakai dalam penulisan dialog.
1. Bentuk lirik music
Dalam bentuk ini, gaya bahasanya
mirip dengan gaya bahasa puisi. Bedanya, lirik diikat oleh bar, yaitu potongan
birama dalam setiap baris atau dialognya berbentuk nyanyian. Pertunjukan yang
menampilkan lirik sebagai dialog disebut OPERA atau pun OPERET. Di Jawa, sejak jaman kerajaan pertunjukan ini di sebut
Langendriyan (Mangkunegaran Surakarta) dan Langenmandra Wanara (Yogyakarta).
2. Bentuk dialek
Gaya bahasa yang dipakai dalam
penyajian drama diambil atau menggunakan bahasa percakapan sehari hari yaitu
logat daerah tertentu.
3. Bentuk puisi
Gaya bahasa yang digunakan dalam
penyajian drama berupa susunan puisi, baik yang terikat maupun tidak terikat
pada rima. Mayoritas naskah drama Indonesia yang ditulis kisaran tahun
1940-1950 menggunakan bahasa puisi dalam gaya percakapannya.
b.
Penyajian
Drama Berdasarkan Jenis Aliran
Aliran dalam drama adalah gaya
atau bentuk penyajian yang ditentukan oleh kecendrungan sikap atau pandangan
yang tumbuh pada kurun waktu tertentu yang kemudian berkembang menjadi pola.
1. Klasisme,
Aliran drama yang memiliki
aturan sangat ketat dibandingkan dengan drama yang lain dengan lakon lima
babak.
2. Neoklasisme
Aliran drama yang memiliki
bentuk dengan tiga segi yang mendasar, yakni kebenran, kesusilaan dan kegaiban.
Hal ini menjadi pedoman dari para penganut neoklasik adalah segenap alam
dikuasai oleh satu Tuhan.
3. Romantisme
Aliran drama yang muncul sekitar
abad ke 18. Bentuk drama yang lahir pada abad ini diwarnai oleh sikap dan
pandangan bahwa manusia dapat menemukan berbagai berkat keampuhan analisis
akalnya dan tindakan apapun bentuk nya dapat dituntun oleh sifat alamnya.
4. Realisme
Aliran drama yang muncul sekitar
abad 19. Bentuk drama yang tubuh pada abad ini sangat dipengaruhi oleh tata
nilai yang dibangun berdasarkan pemikiran kaum positivism, terutama karena
pengaruh buku Charles Darwin (The origin of the species)
5. Simbolisme atau neoromantisisme dan impresionisme
Drama yang umumnya menampilkan
tema tema terkait dengan kehidupan bersejarah seseorang atau beberapa tokoh.
Drama simbolisme dibuat untuk
menampilkan persoalan persoalan yang dianggap samara tau misterius, tetapi
mengandung kenyataan atau kebenaran yang mungkin dapat dipahami.
6. Ekspresionisme
Aliran dari abad ke 20 yang
menantang keampuhan realism.
7. Epic teater
Bentuk drama dari sekitar perang
dunia II yang dibenahi oleh Bertolt Brecht. Brecht menganggap teater telah
terkulai dalam keadaan lelah sehingga perlu adanya tenaga yang sanggup
mendenyutkannya lagi.
8. Absurdisme
Aliran yang muncul sekitar tahun
1950 an. Aliran ini muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap aliran aliran
sebelumnya. Aliran ini bersifat tidak rasional, tidak pernah terjadi atau tidak
bisa dipikirkan.
Ciri khas drama absurdisme
biasanya menampilkan segala dialog yang melompat lompat dan tidak ada alur.
Kalau pun ada, alur yang ada berputar putar tanpa ada pemecahan masalah secara
tuntas.
c.
Penyajian
Drama Berdasarkan Jenis Sajian
Sifat sifat dramatic sebuah
naskah drama menjadi pedoman dalam mengklasifikasikan jenis sajian drama.
1. Tragedi.
Menurut Aristoteles, lakon
tragedy adalah lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh
besar atau tokoh tokoh yang memiliki pengaruh dalam masyarakat.
Tujun utama lakon tragedy adalah
membuat penonton merasakan pengalaman emosi melalui pengidentifikasian diri
para tokoh. Selain itu, lakon tragedy juga bertujuan untuk menguatkan kembali
kepercayaan diri sendiri sebagai bagian dari manusia.
2. Komedi
Menurut Aristoteles, lakon
komedi merupakan tiruan dari tingkah laku manusia biasa, yang merupakan perwujudan
keburukan manusia ketika menjalankan kehidupan sehingga menumbuhkan tertawaan
dan cemoohan.
Lakon komedi adalah lakon yang
mengungkapkan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu. Dengan cara ini,
para penonton diajak untuk dapat lebih menghayati kenyataan hidupnya.
3. Drama
Lakon serius yang menggarap satu
masalah yang mempunyai arti penting, yang memiliki segala rangkaian peristiwa
yang tampak hidup, mengandung emosi, konflik, daya Tarik memikat, serta tidak
diakhiri dengan kematian tokoh utamanya.
4. Satir
Lakon satir adalah lakon yang
mengemas perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan
menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah kebaikan.
Tujuan drama satir tidak hanya
semata mata sebagai humor biasa, tetapi lebih sebagai sebuah kritik terhadap
seseorang atau kelompok masyarakat dengan cara yang sangat cerdik.
Lakon satir hamper sama dengan
komedi , tetapi ejekan dan sindiran dalam satir lebih agresif dan terselubung.
5. Melodrama
Pada mulanya, melodrama merupakan
bagian dari sebuah babak dalam opera yang menggambarkan suasana sedih atau
romantic yang diiringi alunan music.
Melodrama adalah sebuah lakon
yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru
kepada penonton.
Melodrama adalah lakon yang
sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan
mengharukan perasaan penonton.
3.
Kerangka
Drama
Fungsi dari kerangka dramatic
ini adalah sebagai perangkat untuk dapat mengungkapkan pikiran pengarang dan
melibatkan pikiran serta perasaan penonton ke dalam laku cerita. Aristoteles
mengatakan kerangka dramatic merupakan makna lakon.
Kerangka dramatic mengandung
enam elemen yakni, eksposisi, konflik,
komplikasi, klimaks, resolusi dan simpulan.
Gustav
Freytag.
Freytag (1863) menggambarkan struktur dramtik yang bergerak mengikuti elemen
atau bagian, yaitu exposition, rising
action, climax, falling action dan denouement.
Struktur Freytag ini dikenal
dengan sebutan Piramida Freytag atau freytag’s Pyramid.
Exposition adalah penggambaran awal dari
sebuah lakon. Bagian ini berisi tentang perkenalan karakter dan masalah yang
akan digulirkan. Penonton diberi informasi tentang masalah yang dialami atau
konflik yang terjadi dalam karakter yang ada dalam naskah lakon.
Complication (rising action). Pada bagian ini, mulai timbul
kerumitan atau komplikasi dari jalinan peristiwa yang terjadi. Di sini sudah
mulai digambarkan perilaku karakter yang ingin mengatasi konflik.
Climax adalah puncak dari laku lakon
dan mencapai titik kulminasinya. Pada titik ini, semua permasalahan akan
terurai dan mendapatkan penjelasan melalui laku karakter dan dialog yang
disampaikan oleh para pemeran. Pada tahap ini, penonton diharapkan akan
mengalami katarsis atau proses pembersihan emosi dan pencerahan pada jiwa
penonton.
Reversal (falling action) adalah penurunan emosi lakon.
Penurunan ini tidak saja berlaku bagi emosi lakon, tetapi juga emosi penonton.
Titik ini biasanya ditandai dengan semakin lambatnya emosi permainan dan volume
suara pemeran lebih bersifat menenangkan. Selain menurunkan emosi lakon dan
penonton, reversal juga berfungsi memberi waktu kepada penonton untuk
merenungkan apa yang telah ditontonnya.
Denouement adalah penyelesaian dari lakon
tersebut. Penyelesaiannya dapat berakhir dengan bahagia atau menderita.
RANCANGAN PEMENTASAN TEATER
MODERN
A.
Tata
Pentas Teater
1. Tata Panggung
Tata panggung disebut juga scenery atau set dekorasi
Scenery
dalam arti luas
adalah suasana seputar gerak laku di atas pentas serta segala elemen visual
yang mengitari pemeran dalam pementasan.
Scenery
dalam arti
sempit adalah benda yang membentuk latar belakang secara fisik, yang memberi
batas pada lingkungan gerak laku.
Set dekorasi atau tata panggung
terbagi menjadi 5 yaitu :
a. Natural
background yaitu penggunaan latar belakang panggung dalam suatu pementasan
dengan menggunakan backdrop dan cyclorama
b. Decorative scenery yaitu perlengkapan panggung yang menggunakan
peralatan imitasi atau tiruan dengan maksud memberikan suasana.
c. Descriptive
scenery yaitu perlengkapan panggung menggunakan benda aslinya untuk
menghias panggung agar dapat mewakili suasana.
d. Atmosphere scenery yaitu perlengkapan panggung yang menggunakan
kombinasi antara descriptive dan decorative scenery yaitu sebagian
menggunakan benda asli dan sebagian imitasi untuk hiasan panggung.
e. Active background yaitu latar belakang yang aktif
(bergerak) sehingga dapat memopang suasana.
2. Property
a. Perlengkapan dekoratif
(decorative property) yaitu perlengkapan suatu latar yang telah dipilih untuk
membantu menghadirkan latar belakang tempat dan waktu yang terjadi dalam sebuah
lakon teater. Contoh : gorden, hiasan dinding atau gambar gambar.
b. Perlengkapan lantai ( floor property) yaitu semua
perlengkapan yang berdiri atau berhubungan langsung di atas lantai panggung.
Contoh : kursi, meja, lemari, permadani.
c. Perlengkapan tangan (hand property) yaitu
segala sesuatu yang diambil, digunakan atau dipegang langsung oleh actor atau
aktris dalam penampilannya di atas pentas. Contoh : tas, koper, payung, baki,
gelas, dll
Perlengkapan tangan harus
dibedakan dengan aksesoris yang merupakan bagian dari kostum. Topi, selendang,
sapu tangan, dan hiasan tangan lainnya lebih merupakan bagian dari kostum,
bukan bagian dari property sehingga menjadi tanggung jawab pendesain kostum.
3. Tata Busana
Tata busana atau kostum adalah
segala sesuatu yang disandang oleh pemain. Tata busana sangat berpengaruh
terhadap penonton.
Terdapat lima tipe kostum yang
ada yaitu :
a. Kostum historis, yaitu kostum
yang menampilkan sebuah periode periode spesifik dalam sejarah.
b. Kostum modern yaitu pakaian yang dipakai oleh masyarakat
masa kini atau pakaian dengan tren.
c. Kostum nasional yaitu pakaian dari Negara atau
tempat spesifik
d. Kostum tradisional, yaitu pakaian atas representasi
karakter spesifik secara simbolis dan distilasi.
e. Kostum fantasi yaitu pakaian yang digunakan berdasarkan
daya kreasi dan imajinasi.
4. Tata Rias
Tata rias adalah seni mengubah
wajah. Tata rias yang dimaksud dalam pementasan teater adalah tata rias pentas,
jadi segala sesuatu yang harus ditunjukkan sehingga membentuk nuansa artistic
yang mendukung karakter actor atau aktris dalam sebuah pementasan lakon.
Tata rias merupakan cara
penggunaan alat kosmetik untuk membentuk wajah atau gambaran peran yang akan
dimainkan.
Hal yang perlu diperhitungkan
dalam tata rias pentas adalah jarak antara penonton dan pemain serta intensitas
penyiaran lampu. Daerah pandang penonton yang mempunyai jarak antara 4 sampai 6
meter, misalnya turut memengaruhi tebal tipisnya tata rias. Intensitas cahaya
dan warna cahaya juga akan sangat memengaruhi warna dan kejelasan suatu tata
rias.
Kegunaan tata rias dalam teater
adalah mengubah yang alamiah (nature) menjadi yang berbudaya (culture) dengan
prinsip mendapatkan daya guna yang tepat. Tata rias juga bermanfaat untuk
mengatasi efek sinar tata lampu yang kuat dan membuat wajah serta kepala pemain
sesuai dengan peranan yang dikehendaki.
Tata rias dapat dibedakan
menjadi Sembilan macam yaitu :
a. Rias jenis, dilakukan jika
perias harus mengubah karakter seorang lelaki menjadi wanita atau sebaliknya
b. Rias bangsa, dilakukan jika seorang actor atau aktris
berkebangsaan Asia harus melakukan peranan sebagai seorang Eropa.
c. Rias usia, rias mengubah wajah seorang actor
atau aktris menjadi karakter yang sangat berbeda dari usia aslinya.
d. Rias tokoh, merias wajah actor untuk dapat menyerupai tokoh
dalam cerita.
e. Rias watak, rias yang dilakukan untuk menunjukkan watak
seseorang
f. Rias temporal, merias menurut
perbedaan perbedaan yang terjadi pad situasi tertentu,
g. Rias aksen, rias yang hanya mamberikan tekanan
pada pelaku yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkan.
h. Rias local, rias berdasarkan tempat tertentu atau
ditentukan oleh latar belakang tempat dari peran yang dimainkan.
i.
Rias
fantasi, riasan yang dilakukan berdasarkan daya kreasi dan imajinasi sesuai
dengan tema cerita dalam pementasan teater.
5. Tata Cahaya
Tata cahaya adalah kerja
pengaturan sinar di atas pentas dengan menggunakan peralatan tata cahaya.
Fungsi tata cahaya secara umum
adalah untuk membentuk situasi, menyinari gerak pelaku, menjadi isyarat
perpindahan adegan, serta mempertajam ekspresi demi penciptaan karakter.
Pertunjukan akan lebih hidup
bila ada tata cahaya.
Di bawah ini adalah beberapa
peralatan tata cahaya :
a. Lampu
Dikategorikan menjadi 3 jenis
yaitu :
1.
Foodlight
memiliki cahaya dengan sinar yang menyebar, biasanya dipergunakan untuk
cyclorama dan footlight.
2.
Spotlight
memiliki sinar yang menyatu, menyorot terarah dan focus pada satu tempat.
3.
Campuran
(Parcam)
b. Dimmer pack dan control
1.
Dimmer
untuk mengendalikan dan mengontrol intensitas cahaya dan perubahan cahaya dalam
intensitas tertentu.
2.
Dimmer
dapat mengubah intensitas cahaya dari terang ke remang
3.
Dimmer
juga mampu mengatur temperature yang mengalir ke filament bohlam.
6. Tata music dan Bunyi
Music dan bunyi berfungsi
sebagai pendukung peristiwa dan menggambarkan suasana.
Music dapat menunjukan latar
waktu.
Perwujudan music dapat dilakukan
secara langsung dengan menggunakan alat music atau dengan menggunakan music
rekaman.
Peralatan tata suara disebut
dengan sound system.
Penggunaan sound system pada
pementasan teater sangat minim bahkan cenderung ditiadakan.
B.
Tahapan
Pementasan
1. Mengadaptasi Naskah
Sebelum mengadaptasi sebuah
naskah, anda harus membedah naskah tersebut lalu menganalisis nya terlebih
dahulu.
Yang dianalisis adalah isi atau
tema cerita, alur, latar sejarah zaman naskah tersebut ditulis dan lata
belakang pengarangnya.
Setelah memahami keseluruhan isi
naskah kemudian naskah dipotong, diadaptasi, ditranformasi atau disadur ulang
dengan tidak melenceng dari benang merah suatu naskah.
Sebagian kritikus teater
berpendapat bahwa memotong naskah drama merupakan hal yang tabu dan merupakan
sebuah sikp vandalisme.
Dalam lakon akan dijumpai dua
hal yang sangat penting, yaitu konflik dan tokoh yang terlibat di dalam
rangkaian kejadian dan sebuah kerangka besar yang mendasari sebuah lakon.
2. Konsep pementasan Teater Modern
3. Casting /pemilihan Pemeran
4. Proses Latihan dan Pementasan
Tahapan proses latihan hingga
pementasan :
a.Reading
b.
Menghafal dialog
c.
Merancang komposisi
·
Blocking : blocking memiliki arti
kedudukan pemain, gerak pemain dari satu tempat ke tempat lain.
·
Leveling : pengaturan tinggi rendah
posisi actor di atas panggung.
·
Balancing : pengaturan atau pengelompokan
actor di atas panggung.
·
Focus
: perhatian penonton dapat difokuskan dengan cara menjaga agar setiap pemain
dapat terlihat dengan jelas dalam memanfaatkan ruang panggung dan blocking.
d. Run through. Latihan hafalan naskah lakon
secara keseluruhan.
e. Latihan teknik.
Actor diperkenalkan dengan tata panggung, tata busana, tata suara, tata music,
tata cahaya, dan property. Biasanya dilakukan seminggu jelang pertunjukan.
f. Dress
rehearsal. Biasa di sebut geladi bersih. Dress rehearsal dilakukan
bertujuan membiasakan pertunjukan yang sebenarnya kepada seluruh pemain dan kru
yang terlibat serta memperbaiki hal hal yang dinilai masih memiliki kekurangan.
C.
Pementasan
Pementasan adalah tahap akhir
dari proses yang panjang dan melelahkan karena di dalamnya terdapat kerja
keras, baik fisik, psikis, finansial, maupun pengorbanan waktu.
Tahap tahap yang harus dilakukan
untuk menyelenggarakan pementasan teater dengan naskah adalah ssb :
·
Menganalisis naskah, kemudian membuat konsep garapan
sebagai pijakan dalam proses latihan dan pementasan
·
Melakukan casting atau pemilihan pemain yang akan
berperan sesuai dengan naskah tersebut. Selain itu lakukan pemilihan kru yang
akan bertanggungjawab dalam produksi, baik kru artistic maupun administrasi.
·
Menjalani proses persiapan. Pemain mulai berlatih,
sementara kru pertunjukan mulai menyiapkan segala sesuatunya terkait
pementasan. Dua proses yang pasti harus dilakukan adalah membuat tontonan dan
mendatangkan penonton.
·
Melaksanakan pertunjukan. Saat pertunjukan, penonton
diberi sebuah buku acara (berupa booklet atau leaflet). Buku acara ini
diberikan untuk memberikan informasi kepada penonton agar mereka dapat
mengikuti pertunjukan dengan mudah.
·
Melakukan evaluasi, yaitu pembahasan tentang
pelaksanaan pertunjukan dan kualitas dari pertunjukan tersebut.
ANALISIS PEMENTASAN TEATER
A.
Memahami
Analisis Teater
Ketika seseorang melakukan
kegiatan analisis teater, pada dasarnya yang dibahas adalah cara masyarakat
menyaksikan dan menikmati sebuah pementasan teater. Setiap orang pasti memiliki
cara pandangnya sendiri terhadap suatu karya teater.
Menyaksikan dan menikmati teater
memerlukan pengetahuan atau pendalaman terlebih dahulu, terlebih lagi jika
seseorang ingin menulis analisis tentang sebuah pementasan.
B.
Posisi
Analisis Seni teater
Pada dasarnya, analisis seni
berada dalam posisi yang rawan. Faktanya, tidak ada seorang pun yang suka
menerima analisis yang sempit, yaitu hanya mengungkap berbagai kelemahan saja,
bahkan cenderung menjatuhkan.
Bakdi Soemanto, analis seni
teater, memberikan isyarat bahwa analisis seni teater harus ditulis dengan
serius. Analisis tidak hanya menonton dan menikmati (enjoying), tetapi juga
harus membuat studi tentang pentas yang dihadapi. Artinya, seorang analis tidak
hanya dituntut kritis kepada fenomena teatrikal yang dilihatnya, tetapi juga
kritis kepada dirinya sendiri.
C.
Mementaskan
Teater Modern Gaya Realisme
1.
Memilih
dan memahami naskah
Memilih dan memahami naskah yang
akan dipentaskan memiliki pengertian bahwa kita akan membedah naskah tersebut
lalu menganalisisnya. Bagian yang dianalisis adalah isi/tema, alur, sejarah
zaman naskah tersebut ditulis dan latar belakang pengarangnya. Meski kini
banyak naskah teater tidak tercipta dan lahir dari hasil pengamatan zaman,
tetapi setidaknya mayoritas naskah teater terlahir dari pecahnya konvensi
social di masyarakat.
2.
Menentukan
gaya pementasan
Teater modern adalah teater yang
memiliki ciri utama tidak lagi bersifat improvisasi. Artinya, pementasan dalam
teater modern sudah menggunakan naskah lakon tertulis yang di dalamnya terdapat
tokoh tokoh yang akan diperankan oleh para pemain.
Teater modern juga menggunakan
kaidah dramturgi yang membahas tentang naskah hingga pementasan dan penontonnya
Pementasan teater modern harus
mencakup naskah lakon, pemain, sutradara, artistic panggung, dan penonton.
Gaya pementasan realisme adalah
pentas yang berusaha menampilkan potongan cerita kehidupan secara nyata ke atas
pentas lengkap dengan tata artistic yang dibuat menyerupai situasi sesungguhnya
sesuai dengan tempat berlangsungnya lakon.
3.
Menggarap
tata pentas
Membuat konsep tata pentas dalam
sebuah pementasan teater menjadi titik berat yang harus dikerjakan. Konsep tata
pentas teater meliputi :
a.
Pemanggungan/tata
artistic
b.
Pemilihan
music ilustrasi/tata suara
c.
Kostum/tata
busana
d.
Lighting/
tata cahaya
4.
Casting/pemilihan
pemeran
Casting to type, yaitu adanya
kesesuaian kondisi/kesesuaian fisik pemain dengan tokoh yang akan diperankan.
Casting to emotional
temperament, yaitu memilih pemeran karena adanya kesamaan emosi atau temperamen
dengan tokoh yang akan diperankan.
Komentar
Posting Komentar